Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

Grosir di Pasar

Ajarkan aku dirayakan Ajarkan aku diragakan Sampai kapan ia dipinggirkan Kuratap lautan, menaungi segala rasa pedih Kulahap bendungan, mengayomi rasa dongkol Menawan, Siapa yang tahan Siapa yang menahan Siapa yang menawan Siapa yang merajam Sudah dulu, Kawan Ayo, Kawan, cukup Ini sudah lebih dari apa yang secukupnya, Kawan Berhenti, Kawan Semua yang kaulakukan hanyalah merusak raga Ayo obati dulu, Kawan Kami ingin kau selamat, Kawan Kau bukan barang grosir di pasar Lewati dulu, Kawan Dari malam kami bernazar Ini sudah separuhnya, berhenti, Kawan Jangan dongkol lagi, sudah Hari hampir berhenti Satu detik untuk barang digrosir, Kawan Punggungmu nyeri Sudah, berhenti Sudah, berhenti Seberapa mahal aku digrosir Seberapa banyak aku diusir Jangan ajak aku berpikir Seberapa banyak berkali-kali diulangi Berhenti, Kawan Sakit hati lagi? Lelah lagi, lemah lagi Dengan siapa? Keluarga? Teman? Atau pacar? Berhenti dulu, Dasar digrosir di pasar Meski bukan sekarang suatu saat kau pasti mengerti Jang...

Mereka Ceplos Tak Sesuai Fakta

Aku benci ekspresi keluargaku, orangtuaku, tatkala aku sakit mengeluarkan seonggok bisul-bisul yang membuat muak. Mereka selalu membuka tirai, buka jendela, buka pintu, lantas menguliti satu per satu beton pun rela demi menggapai segelas informasi mengenai kesehatanku. Namun itu berlebihan. Mereka menimpaliku dengan berbagai macam tuduhan (astaga!) yang sebenarnya itu malah menjadi gosip. Tanteku bilang aku tidak memakan obatlah atau semacam itu. Adapun yang lebih laknat, ujarnya aku makan malas nasi, jarang makan, atau berbagai macam tuduhan konservatif agar orang lain menghakimiku. Mungkin tujuannya tak lain dari mengumbar semua kebiasaan burukku agar menciptakan perubahan, tetapi nahasnya aku adalah manusia dengan segala jenis pemberontakan. Aku benci ketika kata-kata seperti itu justru menimpaliku seakan biaya hidup segampang membalikkan telapak tangan. Padahal memakan nasi dengan memakan sekarung roti jelas lebih kenyang memakan sekarung roti, tetap saja mereka sinis ketika tau ak...