Mereka Ceplos Tak Sesuai Fakta

Aku benci ekspresi keluargaku, orangtuaku, tatkala aku sakit mengeluarkan seonggok bisul-bisul yang membuat muak. Mereka selalu membuka tirai, buka jendela, buka pintu, lantas menguliti satu per satu beton pun rela demi menggapai segelas informasi mengenai kesehatanku. Namun itu berlebihan. Mereka menimpaliku dengan berbagai macam tuduhan (astaga!) yang sebenarnya itu malah menjadi gosip. Tanteku bilang aku tidak memakan obatlah atau semacam itu. Adapun yang lebih laknat, ujarnya aku makan malas nasi, jarang makan, atau berbagai macam tuduhan konservatif agar orang lain menghakimiku. Mungkin tujuannya tak lain dari mengumbar semua kebiasaan burukku agar menciptakan perubahan, tetapi nahasnya aku adalah manusia dengan segala jenis pemberontakan. Aku benci ketika kata-kata seperti itu justru menimpaliku seakan biaya hidup segampang membalikkan telapak tangan. Padahal memakan nasi dengan memakan sekarung roti jelas lebih kenyang memakan sekarung roti, tetap saja mereka sinis ketika tau aku belum makan nasi. Itu masalahnya. Lagipula orangtua kandungku tak pernah peduli apakah benar aku sudah memakan nasi, memakan daging, bahkan menyantap tembakau sekalipun tidak ada masalah selama aku masih bisa menyambung hidup. Ekspresi mereka berlebihan. Lagipun tak akan membuat kesehatanku membaik juga dengan kata-kata seperti itu. Bisa dibayangkan saja, bidan memberiku 3 macam obat. 2 di antaranya adalah obat batuk dan obat demam. Namun masalahnya aku sudah tidak demam. Mereka menghakimi hanya berlandaskan bukti ini. Padahal fakta di baliknya aku meminum dengan rutin antibiotik dan obat radang, yang diasumsikan oleh temanku aku terkena radang usus atau boleh jadi typus. Bahkan aku sendiri ingin mengguyur lukaku dengan vodka. Dasar laknat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asterlayna Raespati

AYHNER VON EINAR.

Obituari Argo Ericko Achfandi Lewat Pandangan Dewi Justitia