AYHNER VON EINAR.

Mungkin tulisan ini bukanlah sesuatu yang baku, saklek, objektif, atau sukar. Sebab aku adalah kursi. Anggap saja aku kursi di rumahmu yang selalu memperhatikanmu. Sekarang aku ingin mencoba menjelma menjadi manusia lantas mencoba untuk memberikan first impression ketika berusaha mengobservasi. A¥hn3r, ya? Apa aku nggak salah sebut? Tentu saja, aku meminta maaf jika ada yang salah. Sebab aku hanyalah kursi yang dilapisi cat berwarna coklat, dengan kilapan yang hampir rapuh, terkikis aku oleh udara suam. Aku tidak sepertimu yang berwujud manusia. A¥hn3r. Nama yang keren, lulus dari standarku. Tetapi ketika aku menelisiknya, entah kenapa aku selalu merasa ada sesuatu yang mengganggu perasaanku (meskipun aku adalah kursi yang tak punya perasaan). Aku tidak akan pernah tau apa yang sejujurnya kamu lakukan di balik layar, yang tidak pernah aku mengerti. Manusia selak menyimpan rahasia hingga benda mati sepertiku merasa bahwa angin yang mengikisku lebih baik daripada bengisnya kalian. 

Ah. Bercanda, tau. A¥hn3r. Aku selalu mendengar nama itu dari orang lain. Lantas beberapa temanmu juga melantunkan pujian kepada dirimu sebagai seorang manusia. Aku tau. Siapa pun orangnya, pasti memiliki lingkup yang selalu menyertainya. Entah baik ataupun buruk, tetapi sebagai kursi yang berada di rumahmu. Aku berharap kamu menuai yang baik pun, A¥hn3r. 

Aduh. Malang sekali. Jangan tersinggung. Aku hanya bersikap netral dan mencoba memahami berbagai perspektif sebagai manusia yang utuh, walaupun aku hanyalah kursi yang terkikis. A¥hn3r. Betapa dirimu tidak ingin merasa memberatkan orang lain. Aku merasa hal tersebut terikat dalam dirimu. Bahkan sebagai kursi yang tak punya insting utuh seperti manusia, aku dapat merasakannya. 

Namun mau bagaimanapun terkadang sebagai kursi di rumahmu aku merasa kamu kurang bisa dalam mengeskpresikan apa yang kamu rasakan. Aduh. Bukankah sebagai manusia instingmu lebih utuh daripada aku? Huh. 

Aku tidak bermaksud menuntut. Iya, aku mengerti. Bagimu hal tersebut adalah kebaikan. Bahkan di saat ini mungkin dirimu denial ketika ada orang tak dikenal yang mencoba menelisik dirimu lebih dalam. Dirimu hanya mencari pelarian, sebab aku bahkan yakin kamu akan selalu menjauhkan apa yang menurutmu salah, kan? 

Sejauh ini, dirimu sudah menjadi versi terbaik dari keberadaan insting manusia. Maafkan aku ketika kamu mengalami kesulitan tetapi aku hanya dapat berdiam diri di rumahmu, A¥hn3r. 

Selamat datang...
Salam sejahtera...
Selamat menempuh hari...


            []. By Thermal, Vertin (2024) using KURSI's POV. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asterlayna Raespati

Obituari Argo Ericko Achfandi Lewat Pandangan Dewi Justitia