23
23.08.2024. Aku ini sudah mengembara jauh. Hingga penghujung bumi, kugapai dengan kaki lecet, lebam, diikat besi pemberat hingga darah mengalir karena bergesekan dengan aspal panas. Hatiku terkunci dengan siasat, murka, dan dengki. Aku ingin tumbuh lebih baik, kau tau? Aku ingin menjadi sepertinya, menjadi pemenang, lantas mendapatkan rekognisi. Mana giliranku? Aku itu mual, mual.... Sakit dadaku setiap hari harus menanggung asap yang mengepul. Paru-paruku sudah rusak, busuk, tengik. Paru-paruku kotor sekali memendam dendam. Sebentar lagi aku pasti mati dimakan persepsi, iri dengki. Terkadang aku ingin bertanya. Kenapa harus dia? Kenapa tidak aku saja? Kan aku yang jelas lebih berusaha? Aku ini kan yang lebih berambisi? Kan aku yang lebih jenius? Kan aku yang lebih berbakat? Kan aku yang lebih pandai mencari pekerjaan di usia muda? Kan pikiranku yang lebih rasional? Kan aku yang lebih cantik? Kan aku yang lebih sempurna? Kan aku yang lebih berkarisma? Kenapa orang lain? Kenapa tidak ak...