23

23.08.2024.
Aku ini sudah mengembara jauh. Hingga penghujung bumi, kugapai dengan kaki lecet, lebam, diikat besi pemberat hingga darah mengalir karena bergesekan dengan aspal panas. Hatiku terkunci dengan siasat, murka, dan dengki. Aku ingin tumbuh lebih baik, kau tau? Aku ingin menjadi sepertinya, menjadi pemenang, lantas mendapatkan rekognisi. Mana giliranku? Aku itu mual, mual.... Sakit dadaku setiap hari harus menanggung asap yang mengepul. Paru-paruku sudah rusak, busuk, tengik. Paru-paruku kotor sekali memendam dendam. Sebentar lagi aku pasti mati dimakan persepsi, iri dengki. Terkadang aku ingin bertanya. Kenapa harus dia? Kenapa tidak aku saja? Kan aku yang jelas lebih berusaha? Aku ini kan yang lebih berambisi? Kan aku yang lebih jenius? Kan aku yang lebih berbakat? Kan aku yang lebih pandai mencari pekerjaan di usia muda? Kan pikiranku yang lebih rasional? Kan aku yang lebih cantik? Kan aku yang lebih sempurna? Kan aku yang lebih berkarisma? Kenapa orang lain? Kenapa tidak aku saja yang sukses di usia muda? Aku mual tau... Setiap hari menatap skripsi untuk mencari uang agar merasa dihargai.

23.08.2025. 
Kini aku. Sejak bulan lalu, Ibu selalu menceritakanku pasal pendeta dari Malaysia yang membacakan masa depanku. Katanya aku akan menjadi seperti Raja Daud. Raja yang menang melawan Goliat karena diurapi Tuhan. 
Maka... Sama seperti dia, aku juga ingin dapat mempersatukan bangsa. Atau setidaknya? Mempersatukan jiwa-jiwa yang hadir di gereja tempatku tinggal. 
Tidak butuh hal yang besar. Tetapi sekarang aku dapat merasakan kemenangan tersebut. Mulai dari pendidikanku hingga hal yang paling tidak penting; yang paling tidak pernah kupikirkan. 
Maka di hari yang konon "simbolik" ini, Kawan, tanpa mengurangi sepenuh rasa hormatku kepada mereka-mereka yang sedang ditindas, mereka-mereka yang sedang diasingkan, mereka-mereka yang sedang kepalaran... Aku ingin menjadi seperti Daud. 
Atas segala dosa dan kerentananku di masa lalu. Sekarang aku sudah menang. 
Terima kasih atas kadonya, Tuhan. Aku berdosa, tetapi tanpa aba-aba Engkau selalu membuatku merasa menang atas apa yang pernah kualami di masa lalu. 

Itulah janji Tuhan... Untuk memperluas daerah kekuasaanku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asterlayna Raespati

AYHNER VON EINAR.

Obituari Argo Ericko Achfandi Lewat Pandangan Dewi Justitia