Cawan Merah Pecah

Punya bapak impulsif
Baru bangun tidur
Disuruh merampas semua 
Daging milik proletar
Yo ndak mampu

Ingin merasakan bebas
Sebentar saja
Tetapi tidak bisa
Yang bapak punya sekarang
Adalah hasil merampas gaji lulusan S2
Rampas lagi

Siapa yang mampu hidup di tengah
Orangtua yang bising
Bising bukan karena mesin ketik
Ataupun bising karena suara printer
Berisik karena tingkah impulsif

Siapa yang berani coba melek di tengah tirani
Badan rengkoh
Sekujur tubuh sakit, menyut, masam
Dingin di bawah AC
Senyampang menulis makalah (lagi)

Jiwaku mengepul hampir menjadi abu
Api yang bapak berikan kepadaku 
Telah menjadi karbon aktif
Penat berpikir
Jika memang itu penderitaanmu, jangan bawa aku, Pak
Masih muda, kerja belum usai

Rampas harta, rampas utang
Maaf, Mak, belum bisa memberikan lontaran lain
Selain...
"Jangan banyak bicara"
"Lakukan saja, esekusi"
Persetan...
"Sampai kapan memendam setan, pengangguran"

Seribu bahasa memaafkan
Namun aku diciptakan sebagai bentuk penghakiman
Dicaci, diamuk, menahan gusar
Diancam, diteror, disedot
Diancam kaum stratifikasi atas
Kapan dapat menyudahi kesengsaraan

Jangan menahanku,
Masih muda
Kerja belum usai, Pak
"Asal bapak senang..."
Aku lapar
Mudah dihasud

Melihatmu terbaring, badan terlentang
Jadi kuingin mengontrolmu
Dalam mimpi kau berteriak "Aduh... Duh... Bosan..."
Aku lebih bosan lagi mendengar deruhmu
Cawan merah pecah...
Cawan merah pecah...

- 25 November




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asterlayna Raespati

AYHNER VON EINAR.

Obituari Argo Ericko Achfandi Lewat Pandangan Dewi Justitia