Asterlayna Raespati
Maka terbangunlah fajar di atas pucuk menara jade, dan burung-burung perak berkicau mungkinkah untukku? Asterlayna Raespati, putri dari takhta yang sunyi, bunga dari pohon yang tidak berbuah. Begitulah namaku diguratkan di atas batu giok dan ditatah pada lonceng kerajaan. Tapi siapa yang tahu, bahwa nama itu pun terukir karena aku? Tak punya siapa-siapa selain diriku... Di halaman dalam, dayang menyiapkan teh dari bunga mei yang dipetik saat embun pertama jatuh. Terkadang aku bertanya, aku berempati kepada mereka, seberapa banyak rakyatku yang tidak bisa menikmati teh ini? Mereka tidak seperti diriku. Entah apa yang bisa aku lakukan selain merintih dalam diam. Sungguh aku yakin, wahai tuan dan nona, harga ikan di pasar selalu naik tiap bulannya. Tidakkah kamu juga merasakannya? Dan di antara semuanya, keringat mereka yang bekerja, rasanya ikut menggantung di antara garam dan asin pada dagingnya. Ataukah mereka? Sedang digrosir hanya untuk mengukir takhtaku selama ini? Aku tidak sa...
Komentar
Posting Komentar