Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

Pesawat

Jika waktu ini dapat berhenti sedetik saja, aku ingin berpikir tentang apa yang terbelenggu dalam benakku. Sayangnya, aku bukan terlahir untuk menjadi orang-orang semacam itu. Keberhasilanku selalu tertunda. Bagaimanapun, aku ingin meraih semua itu. Beberapa orang terlahir dengan diberikan pesawat oleh orangtua mereka sejak kecil. Tetapi tak semua orang mendapat kesempatan itu. Bagi kami yang tak beruntung setidaknya kami akan merakit mulai dari baling-baling hingga mesin tersebut. Dengan usaha kami setidaknya kami punya harapan untuk melihat pembangunan kota dari atas awan. Pun kami jatuh dan gagal, setidaknya kami dapat berdarah dan terluka sembari membawa dokumentasi untuk diberitakan. Aku akan mewakili orang-orang yang sama berjuangnya seperti diriku, tentu saja. Bukan sebab aku tertunda oleh waktu yang terhenti, maka aku menyerah. Aku melampaui itu. Aku akan selalu menjadi janin yang terlahir sebagai oposisi. Aku akan merakit pesawat untukku sendiri sehingga aku setara dengan mere...

"Menyapu" Aku Reinkarnasi, Ingin Bersih

Sapu yang terus kudayung tak punya makna untuk disodorkan pertanyaan tak bermutu, "Apa Bunda bakalan pulang? Kapan?" percayalah, bahkan lebih cepat waktuku 'tuk meninggal sebab kafein ketimbang Bunda akan pulang. Aku selalu ikhlas untuk menyapu lantai-lantai rumah ini yang penuh dengan kiblat manusia bajingan. Aku mengerti dan aku yakin Tante pasti asing akan hal itu. Ia adalah manusia antik yang hanya akan membersihkan rumah ketika ada event-event tertentu. Rumah ini luas, 3 lantai. Bayangkan jika aku tak menyapu setiap hari, seberapa banyak mimpi-mimpi yang patah di tiap tangga yang ditumpuk? Rasanya aku ingin keluargaku menyadari setiap mimpi buruk yang telah kusapu keluar dan telah kubuang. Setiap debu-debu itu telah dikaruniai gelombang-gelombang maut. Keluarga ini sangat mempercayai dogma-dogma konservatif, nyatanya. Alasan mereka hanya menyapu pada saat-saat tertentu ialah: konon katanya dalam rumah ini ada penunggu yang akan marah ketika rumah disapu. Percayalah, ...

Janin Takut Dunia

Bolehkah kubertanya pada Ibu: seberapa besar ia mencinta? Boleh juga aku bertanya pada si pengganggu? Sebetapa nyaman ia hinggap di dalam inang? Kuberdiskusi pada alam yang lirih. Suara-suara samar berartikulasi pada gelap yang telah terperangkap pada hening di tengah lampu pijar muram. Lusuh-lusuh angin menusukku, namun tak satu dari mereka menjawabku. Namun sebelumnya, Ibu, apa yang engkau katakan lantaran mendengar janinmu berkata ia takut alam liar? Dia gemetar tiap kali desir itu menyapanya dengan sejuk yang menjelma menjadi suam. Penerbangan menuju Cengkareng hanya akan menjadi angan belaka. Dan ketika memaksa, malapetaka membawa celaka. Maukah Ibu memahami arti "mengapa"? Cengkareng itu tragis penuh darah.  Ketika janinmu lahir, ia ditakdirkan sebagai cengeng yang menantang rezim. Bukankah suamimu juga sama bengisnya mengatakan: ia adalah bukan sesiapa di antara berjuta nama? Maka, bangunkan aku dari sini. Suam yang sinis menusukku dengan pertanyaan tanpa pernyataan, t...

Tuhan Marah Sebab Aku Melawan Takdir-Nya

Semua umat yakin bahwa Ia baik Semua kalangan yakin Ia adil Zambrud memaki hakim terburuk sepanjang sejarah Suara figuran dalam beling  Mereka hanyalah puing Biarkan ikan-ikan menghias tubuh dalam palung Biarkan Ia menusuk hingga tulang Sebab separuh dari tulangku, Merupakan sebab Ia membuangku Di mana Ia menitipkan aku? Tuhan marah sebab aku melawan takdir-Nya Dasar budak kapital jongos keparat Tuhan marah sebab aku melawan arahan-Nya Dasar bajing loncat asu gila-gilaan Andilku adil? Tuhan hadir di reruntuh kota Terlampau yakin dalam diri Bawa-bawa kesalahan lama Korek-korek luka lama Akulah si jongos korporat bajingan yang melawan takdir Sehambar cinta yang kusujudkan Kuratap nama-Nya dalam doa Masih kecil sekali duniaku Tuhan marah sebab aku melewati garis-Nya Sangkal nalar dasar Sehambar sayang yang kuratapkan Jika memang ini caranya Kuratap habis kau sampai kiamat Mengubah rupa Tuhan marah sebab aku melawan takdir-Nya  Akulah si jongos korporat bajingan yang melawan takdi...

Genapkan 2024 Dengan Kematian

Kering kerontang Air payau Semua terasa sepi Semua dihiasi dengan api Bakar kebahagiaanmu Bakar jua kehadiranmu Di sini aku berdiri Di tengah garis malam tak berpenghujung Gemersik Memercik jiwa yang kosong Aku berdiri setengah mati Ibu sakit hati, bapak dendam hati Aku yang berwalang hati Sudah berapa banyak kebaikan yang kaulakukan? Kau berharap tentang orang lain Siapakah dirimu? Sudah sadarkah seberapa banyak kau melangkah? Gemersik Hiasi kebahagiaanmu dengan mematian Hiasi kebahagiaanmu dengan foya-foya Hiasi kebahagiaanmu dengan berpesta pora Hiasi kebahagiaanmu dengan cicilan 24 tahun Sudah berapa banyak kau menyakiti yang kaucinta? Sudah berapa banyak kau membahagiakan yang kaucinta? Sudah berapa banyak kau merangkul yang kaucinta? Sudah berapa banyak bunga yang kautabur 'tuk yang kaucinta? Kematianmu semakin mendekat Di garis malam tanpa penghujung Nyalakan apimu, kobarkan kematianku Sebab di antara semua gelap Kematiankulah yang tak'kan menderap Berharaplah 'esok ...