Pesawat
Jika waktu ini dapat berhenti sedetik saja, aku ingin berpikir tentang apa yang terbelenggu dalam benakku. Sayangnya, aku bukan terlahir untuk menjadi orang-orang semacam itu. Keberhasilanku selalu tertunda. Bagaimanapun, aku ingin meraih semua itu. Beberapa orang terlahir dengan diberikan pesawat oleh orangtua mereka sejak kecil. Tetapi tak semua orang mendapat kesempatan itu. Bagi kami yang tak beruntung setidaknya kami akan merakit mulai dari baling-baling hingga mesin tersebut. Dengan usaha kami setidaknya kami punya harapan untuk melihat pembangunan kota dari atas awan. Pun kami jatuh dan gagal, setidaknya kami dapat berdarah dan terluka sembari membawa dokumentasi untuk diberitakan. Aku akan mewakili orang-orang yang sama berjuangnya seperti diriku, tentu saja. Bukan sebab aku tertunda oleh waktu yang terhenti, maka aku menyerah. Aku melampaui itu. Aku akan selalu menjadi janin yang terlahir sebagai oposisi. Aku akan merakit pesawat untukku sendiri sehingga aku setara dengan mereka yang sedari kecil telah diberikan pesawat oleh Mama dan Papa. Penolakan-penolakan adalah teman di piringku tiap jam makan siang. Menjadi oposisi harus bisa menjadi separuh dari rezim. Sebab jika kau tak mampu mengikuti aturan yang berlaku, konon kau akan dibunuh dan terpaksa reinkarnasi. Aku telah melampaui banyak hal: diteror, diancam, dipenggal, diracun, ditenggelamkan. Sebab itu aku ingin menciptakan pesawat untukku sendiri. Agar aku berada tinggi di atas sana dan tidak dianiaya. Ketika aku sudah berhasil mencapai semuanya maka aku dapat melihat Tuhan yang berusaha membanting ponselku, Dia merogoh. Ia jahat tetapi adil. Kemarilah...kemarilah...sayang. Ia akan mengajarkanku cari menjadi oposisi yang berhasil dengan cara membasuh kakimu sembari menaruh mahkota duri kepadaku 'tuk berbagi rasa sakit.
Komentar
Posting Komentar