Selamat Ulang Tahun Untuk Perasaanmu Yang Telah Mati

Aku tak tau mengapa aku menulis ini. Entahlah. Rasanya hari demi hari tak berguna. Tetapi sayangnya, aku sangat yakin bahwa aku akan sedih jika orang-orang di sekitarku mati. Sebaliknya, aku akan senang jika melihat orang di sekitarku kekal, abadi, hingga tak terbatas ruang dan waktu. Aku dapat merasakan hal yang engkau rasakan. Maksudku, ah, entahlah. Secara tidak sengaja aku merasa terhubung, itu saja. Maka di hari ulang tahunmu, Kawan, rayakan semuanya dengan cawan dan daging matang. Baluri setiap sisi dengan mentega, lumuran telur, dan kecap. Kau pasti merasakan gurihnya aroma yang berkumandang di sekitaran ruangan. 

Maka,

Aku ingin mengajakmu berimajinasi. Mungkin aku tak dapat memberimu hadiah, seperti mengajakmu makan, atau bahkan membelikanmu barang kesukaanmu. 

Namun kali ini saja, biarkan aku mengantarkanmu ke restoran mewah, disajikan daging, melalui tulisanku.


                                                      * * * 

Pukul 07.00 ##

Ketika botol kaca itu di buka, kau mendengar dari telingamu gula yang berkarbonasi di atas. Setelah 5 detik kau menunggu, uap itu terbawa arus di ujung botol, hingga uapnya sirna. Kau merasa kesendirian bukanlah kesepian. Di antara ruangan yang kosong, lilin yang menyala, sodamu membuat semuanya terasa ramai. Bahkan gejolak notifikasi di handphone lantas lebih menemani hari ini, ketimbang temanmu di dunia nyata, yang mungkin membuatmu merasa sulit dikompromi. Kau menghela napas. Pukul tujuh, jam dinding berbunyi,

Tep... Tep... Tep...

Kau memotong ayam di piring putihmu. Ya, tak bernoda, tetapi karena kau menumpahkan kecap, piringmu jadi terhiasi. Kau menggambar bentuk hati di dagingmu menggunakan saus, lantas kau memotretnya. Kau berbagi berita dengan temanmu, "Liattt! Lucu banget, kan!" 
Kau tersenyum. Temanmu di salah satu grup WhatsApp memberikan respon,
"ACIEEEE NAMBAH TUA. BAGI DONGGG, SOMBONG GITU, WKWKWKWKWK!" 
Kau semakin bahagia. Ruangan yang terkena sepoi AC, menambah aura sejuk di antara kebahagiaanmu. Kau di sisi lain senang, dan kau terbebas. Tak perlu memikirkan Ibu untuk sementara waktu, tetapi kau merasa dirayakan oleh dirimu sendiri, lantas disusul oleh temanmu. Mungkin kau tak segirang ketika harus dirayakan oleh temanmu, tetapi malam ini membuatmu merasa ada perasaan yang tak bisa kausampaikan. Ada perasaan yang selama ini membelenggu, tetapi kali ini, entah mengapa membuatmu sedikit tenang. Meskipun sebentar lagi... Sirna...?

Sirna...?
Sirna...?
S I R N ....

                                                      * * * 

22 Oktober 2023...

        "Huh... Terkadang aku merasa sedih, mengapa sudah lama di tahun sebelumnya Ibu tak merayakannya bersamaku. Aku mencintai Ibu. Sangat mencintainya." Setahun lalu, kau mendambakan dirinya. Sosok yang selalu membuatku merasa merinding, kesal, cinta, entahlah campur aduk. "Rasanya ketika Ibu tak menjanjikan apa yang telah termaktub, membuatku merinding, ada sesuatu yang sirna dalam hidupku..." 

                                                      * * * 

2024. 
22. Pukul 18.25 ##
10. 

Telanjang...
Ku telanjang menyicipi dunia...
Hatiku berkata
"Selamat datang di dua puluh!"

Kau tambal kegagalanku
Kau masuk ke dalam darah
Berdansa dan berserah
Untuk sekian jam saja...

        Suara musik itu kembali hadir 35 menit sebelum kau merayakan ulang tahunmu sendirian di ruangan khusus pesananmu kemarin. Jalanan yang basah, dengan sepoi angin yang memaksamu menghidupkan payung hijaumu. 

Di sisi lain, di televisi rumah warga sekitar menyalakan berita, samar-samar kau dengar. 

Cuaca hari ini lumayan buruk pemirsa dengan kelembaban udara 60% yang setara dengan 26° selanjutnya melalui liputan kam....

         Sekarang kau paham, hujan ini telah membawamu hingga pukul 07.00 nanti. Tanpa kau sadari, hari ini telah menjawab kebisingan otakmu di masa lalu. Kau yang selama ini selalu mengharapkan kebahagiaan dari Ibu, dari orang lain, ternyata meskipun tak dirayakan pun kau dapat merasakannya. Meskipun sekarang kau ada di sampingnya, kau tak perlu terikat dengannya untuk merasakan bahagia. Sebab di kepala dua puluh, kau menyadari bahwa yang membuatmu bahagia justru bagaimana caramu berekspresi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asterlayna Raespati

AYHNER VON EINAR.

Obituari Argo Ericko Achfandi Lewat Pandangan Dewi Justitia