Kenapa aku harus memberatkan banyak orang? Aku sering berpikir bahwa kenihilanku karena kesehatanku yang buruk adalah dosa yang paling sulit dimaafkan.
Aku khawatir,
Aku sering memberatkan pasanganku maupun bunda. Ayah? Entah. Ia sudah tak peduli dengan kehadiranku. Kehadiran yang selama ini hangat hanyalah debu. Maupun ada atau tidaknya, tak memberi dampak yang signifikan.
Aku sering mempertanyakan kembali pada diriku. Entah aku yang terlalu banyak menyalahkan orangtuaku, atau memang mereka yang jelas tak peduli. Sebab katanya, masalah "salah" atau "benar" hanya tergantung sudut pandang. Aku tak ingin memposisikan diriku sebagai korban apalagi ssbagai orang yang menyedihkan. Bukannya berpikir melankolis hanya menguntungkan di saat merasa biru? Mungkin dalam benak terdalam orangtuaku, mereka khawatir akan kesehatanku, tetapi karena keadaan yang buruk mereka pusing pasal dana. "Tuhan, kapan ya rasa nyeri ini berakhir?" adalah kalimat yang ingin kuucapkan setiap detik. Namun sayangnya, Ia bukanlah sosok yang adil. Ia selalu berusaha menuntut manusia mencari keadilan untuk diri sendiri.
Di mana Tuhan menitipkan aku?
Ia mengirimku kemari di kala tirai ini berubah menjadi darah,
Ia meninggalkanku di sini di kala taman Eden dipenuhi dosa dan dusta,
Tuhan, biarkan aku menjelma menjadi merpati putih bersih hari ini...
-12 April 2024
EH ARTHER KOCAK. Doa lu dah dijawab Tuhan, bego. Tuhan nitipin lu di tempat sangat baik. Konon, esok kalau kamu lulus, mereka menjanjikan beasiswa di Malaysia kalau kamu mampu. Semangat, ya. :]
Gapapa kan ya gak ada teman sepantaran yg mendukung? Tapi kamu dah punya koneksi, kan? MANTAP! Perjuangan mu selalu berhasil, lho.
Emangnya mereka yang punya temen bisa kek kamu? Belum tentu, kan?!
-12 Okt 2025
Komentar
Posting Komentar