Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2023

Menitik

Imanmu berdoa Mulutmu lantas berkata, "Kami orang gagal, Tuhan" Kami tak apa, Tuhan, Kami hanya berkaca untuk Tuhan kami Semua orang sudah berwalang Kapan kami berwenang? Seratus ribu untuk ongkos bensin Lima ribu kami gunakan 'tuk parkir Sudahkah berdoa hari ini, Kawan? Dengan kameramu engkau menitik dosa Katanya kami berdosa Katanya kami mendusta Katanya kami memperkosa Katanya kami bedebah Selamat ulang tahun, malam Selamat ulang tahun kepada perasaanmu yang telah mati Hidup tak sesaklek beton LRT  Maknanya jika kau terluka, bangunlah Dosamu tak menunggumu Kau yang menjemputnya Makanya jangan suruh kami 'tuk menyelamatkanmu Selamat makan, Kawan Sudah berapa kali berdoa hari ini? Menitik dosa lagi Prive mana yang engkau titikberatkan? Bikin ulang redaksi hari ini Neraka milik kita semua Selamat datang fajar Lima juta 'tuk keselamatanmu Seratus ribu 'tuk obat kaugunakan Siksa kubur 'tuk yang kedua kalinya Kehidupan dimakamkan oleh standar kami Sibuk mengu...

Moral Bobrok

Jiwa kita terbelenggu oleh kebobrokan moral Pandanglah makhluk yang dijadikan Dengan daya bedanya yang mengagumkan Hakikatnya yang indah, tanpa cela Lambat laun tak susah cari cela Bukan hanya melawan idealisme sendiri Kebobrokan moral liar Aku haus akan moral dan norma Seperti itulah selayaknya Engkau terhimpit kebingungan Kupertanyakan akhlakmu Kumakamkan anganmu Dalam menjaga nilai moral yang penuh nuansa? Mana keselarasanmu? Siapa pemilik norma dan nilai yang benar? Aku senantiasa rapuh tergoda nafsu Segala macam kemewahan hanya menuntun ke dalam kebobrokan moral Acuh terhadap hakikat yang sebenarnya, Aku termakan, Pak, Terus menggoda dalam terjebak dunia semu Terasa kekosongan ketika jiwa haus akan moral Politisi telah berkhianat, Pak, Kujadikan senjata dalam gerombolan kekuasaan Gelombang menggerogoti lambungmu Moral tak lagi bermakna Bumi di mana kita hidup merangkum peradaban Gubukmu, rawatlah, Pak,  Aku bisa melihat kesalahan Apa solusi dalam redaksi hari ini? Jangan diam,...

Hei, Wanita,

Rusaknya rasa damai dan cinta Bersinar senapan menembak pelita Mengandaskan binar keseimbangan dengan aturan lisensi adi busana Keadilan telah dibutakan  Apa itu diskriminasi Kini kami berbicara pada jiwa yang kandas Sekarang apa arti jiwa perempuan? Mohon, mohon jelaskan kami mengenai semua ini? Banyak tahun dilalui oleh wanita yang tercekik Keseimbangan yang pelik Membutuhkan meriam keadilan untuk dipekik Tolong kami, perempuan bukanlah jiwa yang hanya dapat merias wajah sembari memasang manik,  Melainkan hadirnya ia di dunia, adalah untuk meneruskan peran sosial yang ada, Hak-hak yang kandas segera terlalui Keadilan mana yang ingin kau kelabui Era demi era kini telah dilalui Sekarang, sudah, sudah, sudah terjelaskan semua ini  Terbitlah sosok wanita yang membuka jalan bagi wanita yang terhimpit Habis Gelap Terbitlah Terang... Itulah... Ciri khas wanita itu, Ia berkorban tanpa mengungkit Untuk semua tanpa terkecuali Demi keseimbangan yang abadi  Kami sudah merasaka...

Hak-Hak Yang Kandas

Banyak wajah-wajah yang menunggu  Dengan topi jerami hitam putih dipakainya Hey tuan muda Tak'kah ente ingin mencicipi deru budak Di sebelah sana aku mendengar jeritan dari bocah, laki-laki tampaknya. Ia menjerit dengan sekencang, "Hak milikku telah diambil oleh bapak paruh baya … !" ia berseru sembari menyeka air mata.  Lihatlah emas yang mahal Tak'kah ente tergoda Jika memang benar Di sebelah sana aku mendengar jerita dari gadis, perempuan pastinya. Ia menjerit dengan tercekik, "Hak milikku telah diambil oleh lelaki bajingan, saya mana bisa menerimanya … !" ia tersedu sembari menguatkan geraham.  Tapi wahai anak muda Jika memang pemberontakan dapat dijalankan Jika memang benar kebebasan nyata Akankah dirimu mau mencicipi deru budak Emas mahal Dosamu adalah tanggunganku Narnun yang diriku tau, hey hamba, kerumunan di sebelah sana sedang berdesakan memperebutkan kursi angkutan umum. Yang diriku lihat (tapi) bukanlah hak yang bebas, hey, anak muda. Jika meman...

Wahai Iri Dengki

Dan pun  Tidak dapat menggantikan rasa iri dengkiku... Ia... Lebih mendapatkan kelayakan Sedangkan aku Entah Aku tidak mendapatkan apa apa Di dalam benakku menusuk Laksana aku tercekik di dalam pipa penyaluran Tapi karena keadaan yang buruk aku berlari Hingga ke tengah pantai yang sedang badai Dan ketika aku menuntut Hak yang telah hilang masih menghantuiku Dan di dalam hati yang gusar Aku melihat wajah wajah yang menanti Hingga aku sadar Kemuliaanku telah tergantikan Dengan kebusukanmu Hingga jiwaku menuntut Aku terlelap Bangunkan aku Bangunkan jiwa menuntutku Wahai iri dengki - 3 September, Wahai Iri Dengki. 

Secarik Kertas

Hampa, Mengharap pada falfasah yang berlanjut Yang dapat disandingkan dengan lugas Namun tak kuduga Ia mencuri hal terpenting dariku Hingga jiwa yang dilengserkan Digantikan dengan sinambung senyap Hingga burung itu tertembak Menunggu kehadiranku… Pada hari itu kubenamkan pikiran ini, mendengar deru napas yang berat dari pedalaman. Kusadari itu adalah deru kegilaan, dengan mata yang lapar tercium aroma kecut.  Kesepian yang menelantarkan mereka-mereka Namun apa maksud "mereka-mereka"? Kusandingkan dengan gelas Berisi secarik kertas Kuambil secarik kertas pada waktu yang bersamaan. Kusadari itu adalah deru penderitaan, dengan mata yang lapar tercium aroma kesumat.  Secarik kertas kosong Mana dapat menggambarkan mata yang lapar Jika benar dapat tergambarkan Tak'kah dapat menggambarkan perasaan ini Perasaan merasakan Aroma sang epigonisme - 4 Agustus, Secarik Kertas.

Di Tengah Gelap

Dan… Untuk siapa kunyanyikan tangis ini Untuk siapa aku kumandangkan ambisi ini Untuk siapa tawa ini berlanjut Terus, terus aku menunggu Menunggu kehadiranmu yang menghampiriku Tetapi justru aku yang berada Di tengah kerumunan banyak orang, kesepian Menunggu saat aku dapat menemuimu Tetapi maaf Ternyata itu hanya haluanku Dan maaf, ternyata aku salah Aku menari di tengah hening di malam sepi Dari kejauhan aku melihatmu Dengan segala ketidakpedulianmu Aku masih berharap Aku rindu saat di mana engkau menghampiriku Aku rindu saat di mana engkau bersemangat Bersemangat tentang semua hal mengenaiku Namun maaf semuanya telah berubah Di tengah malam yang gelap Aku terus menari Namun maaf aku lupa bahwa  Di dalam gelap aku tidak dapat terlihat Ah, semua t'lah berubah Semua 'kan berubah Semua pasti berubah Semuanya berubah Dan tak ada gelap yang sepenuhnya sehat Aku menyadari ada yang salah Ku s'lalu memikirkannya Lantas, 'ntah siapa yang ia pikirkan 'Ntah siapa yang dapat m...

Evolusioner-Kuisioner

Jika memang hadirku adalah kepergianku Mungkin kau tak’kan merasa kehilangan Sebab di antara bisingmu Aku hanya boneka Kehadiranku hanyalah cemooh belaka Kehadiranku hanyalah tanah tak bertuan Kematianku diinjak Nisanku disiram raksa Mayatku dikubur sulfat Malam ini kau mana mungkin kesepian Tak masalah, Kita lanjuti cerita hari ini, sayang Aku hidup hanya ‘tuk evolusioner Boleh aku torehkan kuisioner? Jiwaku adalah lauk pauk bagi rezim Malas menjalin hubungan intim Oh, kuingat ini salahku Tubuhku membeku Cahaya menusukku Akulah manusia evolusioner Yang menjadi makanan bagi zaman Namaku tertindas, digulingkan Dan kau yang jaya bersamanya Aku disiram karbon Aku, seorang manusia evolusioner Aku menghidupi cinta yang kubangun sendiri Mati, mati, mati berkeping-keping Hancur, hancur, hancur bersetai-setai Brengsek! Bajingan! Anjing! Awas dulu, kau, aku benci kau Sudah banyak orang yang meninggalkanku Aku tak percaya dengan jenis celoteh seperti itu Minggir, r...

Berlagak Usai

Kau kecewa karena tak ada yang bisa kau percaya.. Kau laga dirimu karena kau kecewa, Kau pecahkan jendela berkeping-keping, Kau bakar rumahmu, Kau rusak lukisanmu, Kau hancurkan bingkaimu, Kau gigit cerminmu, Kau lari dari rumahmu karena ketidakmampuanmu, Sudahkah kau usai dengan dirimu? Belum usai Masih berlagak usai Sampai usang Ragaku terbakar Tunggu... - 11 Desember, Berlagak Usai. 

Mitigasi

Aku berjanji Mulai dari sekarang Aku akan menanggulangi ogahku Takzim aku mendengar Sangkakala malaikat meneriakiku Dengan petir Ini terakhir kali aku memanggil namamu Sumpah, aku berjanji Meskipun beberapa orang Mengingkar Sungguh, aku amat digarisbawahi Janji hanyalah kepalsuan yang tertunda Begitu, pun, Semua keluar dari mulut warga Pasal mengingar, maaf aku tak janji Kita mitigasi Tanggulangi, Adilku mungkin untukmu Tapi adilmu belum tentu untukku Namun tenang Kita coba lagi, Aku masih punya cara 'tuk menanggulangi Ku t'lah membodohi diri sendiri Berusaha mempercayai Manusia tak maniak panggung Jika memang benar... Kuyakin mitigasi 'kan jadi destruktif Nasib yang nahas 'Ku tak meminta pasal peranku Semua hal terasa benar Kita akan tanggulangi semua ini Kita berkobar di ladang lebar Deburmu hanyalah angan Mitigasi, rapatkan di dalam guntur Ada abjad di balik awan Frustasi menyetubuhimu Kita rayakan bersama Kau melahirkan problema baru - 10 Desember, Mitigasi. 

Kumpulan Puisi;

1. Andai Kau Tau! 2. Jika Aku Mau   3. Kesempurnaanku 4. Tercekik 5. Gak Tau, Bung! 6. Awang atau Awam? 7. Ah, Payah 8. Dramaturgi 9. Mati 10. Uang Adalah Pengacara Terhebat di Neraka 11. Kita Tunggu Waktu 12. Satu Per Satu 13. Suatu Hari Nanti 14. Bajingan 15. Bahkan Malaikat Sekalipun Menyesal 16. Sembahlah Aku 17. Apa? Bosan! 18. Cawan Merah Pecah 19. Pasal Menahan 20. Tidak Punya Ide Untuk Judulnya, Kawan 21. Sampaikan Pesanku Kepada Jin Biru 22. Maaf, Aku Berwalang Hati 23. Karyaku Buruk 24. Mistik (Metafisika) 25. Mitigasi 26. Berlagak Usai 27. Kuisioner-Evolusioner 28. Di Tengah Gelap 29. Secarik Kertas 30. Wahai Iri Dengki 31. Hak-Hak Yang Kandas 32. Moral Bobrok

Mistik (Metafisika)

Terselubung dalam kekelaman Hidup tuk gelap malam Berapa banyak lembar dalam angan Seberapa kali banyakmu memikirkan esok makan Tak ada yang perlu dilawan, Kawan, Dan seolah kita semua datang 'Tuk ketidaktahuan Di ambang ketidakpastian kita mengais rahasia Kau bukanlah objek Engkau semua gugur Merogoh fantasi Kita semua tereliminasi Dan sampai kapan kauingin Hanya yang mengenal yang memahami Pengistimewaan bagi yang mengerti Dan 'tuk apa kita berpayung pada metafisika Kau merindu Sebab berada di luar pengalamanmu Kau lewat dengan kaki tak bersepatu "Sampai kapan ini tak menentu?" Sumpah, demi, kau pasti berbohong Gelak tawamu adalah ketidakpahamanmu Dihadang debu Dan teringat, Kau dengar, ini hanya mistik, Kita bernyanyi atas ketidakpastian dunia Kau sibuk merogoh mistik Mungkin kita juga Kita semua murka  Metafisika - 10 Desember, Mistik (Metafisika).

Karyaku Buruk

Karyaku buruk Karyaku jelek Dibandingkan mereka Karyaku belum terkenal Masih belum bisa mencapai tiang bendera Mengimingi peran sosial Aku juga mau Karyaku masam Karyaku brutal Karyaku tengik Kesampingkan amarah Namamu abadi Di dalam negerimu Namamu kotor Di dalam karyamu Separuh jiwamu berfirman kepada Tuhan Meminta rahmat  Sucikan karyaku Abadikan karyaku Mengepulkan asap dengan tenang, kita merokok Karyaku ampas Karyaku masih belum menjadi apa-apa Kuingin menjadi apa-apa Kupas balik Mungkin kita sampai di tebing, esok Kelakar betok Oh, W.S. Rendra Berjuta acara kuingat persamuhan kemarin  Karyaku buruk, Pak Karyamu ampas Siapa yang akan menjadi juri atas karyamu? Dirimu sendiri? Ulas balik Mungkin kita akan hijrah ke samudra, esok Lawan sivilisasi Tetapi asetmu hanya itu-itu saja Aku ingin jadi itu-itu saja Karyaku sederhana Kuingin menarik garis keluar timur Perasaanmu yang fluktuatif Mungkin kita tarik garisnya, esok Kita akan keluar garis, tenang saja Karyamu abadi Karya...

Maaf, Aku Berwalang Hati

Mungkin benar, Ini saatku 'tuk berwaspada Gelagatku masih menjadi kata-kata Sekali saja, Aku ingin melakukan semuanya  Berlandaskan keinginanku sendiri Badut-badut bodoh itu masih tertawa Tenang, kutunggu berhenti Sekali saja, Kuingin hidup sendirian di sini Tinggalkan diriku Ku tak butuh aspirasimu Bayangkan sekali saja, Tersisa angan tuk berandai Dan di tengah badai Lantai yang mendingin Bersandar di pelabuhan Badut-badut bodoh itu masih tertawa Kuingin menjadi benar sekali lagi Perasaan bersalah ini mungkin dibawa mati Esok kita perbaiki (lagi) Esok kita cari (lagi) Apa yang salah? Esok mungkin gubuk itu berkilau Kita singgah di situ Kuingin menjadi tenang sekali lagi Mungkin kita coba tuk gigih Esok kita benahi Maaf belum dapat menggapai, Kebenaran,  Hamparkan, kita berfirman lagi Mungkin esok kita usai Tenanglah, kita cegah risaumu Tetapi, pak, jangan gegabah Mungkin ini saatmu 'tuk berhati-hati Kuingin menjadi benar sampai esok Sekali saja, Dan mungkin aku salah, atau ka...

Sampaikan Pesanku Kepada Jin Biru

Masih pagi Kubuka mataku Melihat di depan ada se- sachet  kopi Ya sudah, kuseduh Karena tidak suka hangat, kugunakan balok es Kubuka handphone -ku Benda yang katanya adalah iblis yang menyamar Ya sudah, kuhidupkan Kulihat, katanya dapat membuat orang jadi candu Namun apa, Kulihat justru api yang menjelma menjadi darah Di sebelah Jakarta Dibalut luka Beberapa yang mendesak Mencoba untuk meruntuhkan teritorialku Kucoba diam Namun apa, aku dilengserkan Dari deruh itu didentumkan gusar Pasal listrik, Pasal ekonomi, Pasal busung lapar, Pasal obat, Oh, Tuhan bawalah aku lari Ketika listrikmu terbayar, Kau senang Melompat Menari Menyembah berhala Menyembah uang Oh, pengangguran Meminta uang Uang disembah dan dipinta Janjimu tak nyata Apa? Bayar utang? Persetan! Lihat dirimu Aku membencimu Bunuh anganmu! Duduk manis, tidur, menguap Aku benci suaramu menguap Jaga moralmu, bajingan! Teruslah rangkai bayangan dengan wanita itu Jadi seberapa tinggi harga dirimu Jangan berlagak berdasi Kau seri...

Tidak Punya Ide Untuk Judulnya, Kawan

Silih berganti Lilin malam Bercahaya Terang benderang Gemerlap, gelap Perlahan angin tenang menerpa lilin Perlahan kita semua mati Perlahan tanah tak berpijar Kau hidup sendirian Kepalsuan sementara, tenang, Kawan Manusia pasti risau Perlahan kakimu dipaksa bergerak sendiri Di tengah jembatan gantung Kakimu ditembak Kau harus melawan Dan mungkin kita semua adalah  Petarung yang buruk Gadaikan cintamu, Kawan Gadaikan beasiswamu, Kawan Hidup ini dipaksa maju oleh teras berita Air matamu tersisa menderita Sibuk mencari pelita Malam ini kita adakan perjamuan Tenang saja, Kawan Aku menyiapkan anggur khusus buatmu Sebab dunia yang semakin mendingin Hatimu perih Harimu nyeri Gadaikan uangmu, Kawan Gadaikan karyamu, Kawan Hidupmu menyatu dengan cibiran masyarakat Berapa banyak lembar kosong yang kau lansir? Berapa banyak kertas kosong yang kau arsir? - 5 Desember

Pasal Menahan

Usai keramas Mengambil handuk Kuputuskan 'tuk sikat gigi Teringat kesuksesanku Yang telah dipatahkan Lemari berisi baju yang sudah tak lagi muat Aku tinggal di negeri yang tak lagi punya nama (Tapi!) Camkan, ini bukan salah negara Hari dilewati dengan kebingungan Pasal baju Ingin pakai baju apa esok? Yang warna merah, zonk, camkan Yang warna hitam, zonk, patahkan Yang warna hijau, zonk, camkan Yang warna biru, zonk, patahkan Di hari pernikahanmu mungkin aku pakai kemeja, Kawan Kemeja putih kehormatanku Tambahkan dasi juga tak begitu buruk, Pak Tetapi maaf jika kekurangan permak Camkan Bayangkan anak gadis tanpa rias wajah Kosmetik tergantikan oleh abu fanatik Tetapi ibu kali ini saja jangan politisasi hidupku Camkan This robot has an error and cannot respond Pasal kosmetik,  Aku juga bingung harus berujar apa Badanku kaku jika kita bertemu, Kawan Mana realitanya? Aku yakin ini hanya utopis Aku belum selesai dengan diriku, camkan Bayangkan apa jadinya anak gadis ini tumbuh  T...

Cawan Merah Pecah

Punya bapak impulsif Baru bangun tidur Disuruh merampas semua  Daging milik proletar Yo ndak mampu Ingin merasakan bebas Sebentar saja Tetapi tidak bisa Yang bapak punya sekarang Adalah hasil merampas gaji lulusan S2 Rampas lagi Siapa yang mampu hidup di tengah Orangtua yang bising Bising bukan karena mesin ketik Ataupun bising karena suara printer Berisik karena tingkah impulsif Siapa yang berani coba melek di tengah tirani Badan rengkoh Sekujur tubuh sakit, menyut, masam Dingin di bawah AC Senyampang menulis makalah (lagi) Jiwaku mengepul hampir menjadi abu Api yang bapak berikan kepadaku  Telah menjadi karbon aktif Penat berpikir Jika memang itu penderitaanmu, jangan bawa aku, Pak Masih muda, kerja belum usai Rampas harta, rampas utang Maaf, Mak, belum bisa memberikan lontaran lain Selain... "Jangan banyak bicara" "Lakukan saja, esekusi" Persetan... "Sampai kapan memendam setan, pengangguran" Seribu bahasa memaafkan Namun aku diciptakan sebagai bentuk p...

Apa? Bosan!

Semua yang kauucapkan Semua yang kauungkapkan Lihat sendiri apa benar Benar, bisa kutanggapi dengan sesuai? Tolong jangan melirik ragaku Tutup mulutmu! Lihat dirimu di air! Sekujur badanmu Yang mungkin adalah berdarah bajingan Persetan, aku tidak peduli! Tetapi kau harus melakukannya! Kaugadaikan handphone Karena kau pengangguran Sungguh, kebodohan terpintar sepanjang sejarah Uang dibayar di wajahmu Lapar, marah Entah, siapa yang berwenang Ketika kehidupan sudah dinilai berdasarkan tren ekonomi Aku pun kandas, diolok-olok Karam Dividen? Tutup mata, Pak! Aku pun terhasut  Rintangan terjauh semua umat manusia Masalah makanan Masalah jiwa Masalah uang Kau gusar, gegabah - 23 November

Sembahlah Aku

Karena kutahu Bukan sebatas paras Lantas bukan sepintas waras Kau rakus Tapi perlu kau tahu Wajahku, benakku, aksiku Indah, 'kan? Ciumlah parfumku Aku memang sempurna Kutahu jika kau menatapku terlalu lama Kau akan tergoda denganku Lantas buyarlah semua anganmu pun Sebab akulah dewi yang patut kau sembah Akulah dewi yang patut kausujudkan diri Jangan biarkan ia mengambil yang terpenting dari diriku Sebab akulah malaikat yang patut kaudambakan Semua kesempurnaan adalah milikku Kau! Ya! Kau! Siapa kau? Siapa kau yang berusaha mengambil kepemilikanku Ini hartaku, persetan Aku memang dewi yang egois Sungguh Aku memang dewi yang egois Nahas Pun aku tidak ingin menyerahkan kesempurnaanku Kepada makhluk rendahan sepertimu Hanya diriku yang 'kan menjadi pujaan hati Dirinya, selaras dengan kesempurnaanku Pujalah aku Pujalah aku jika memang kau ingin hidup Agar kau dapat merasakan hidup Maka suapi lagi nafsuku, egoku Egoku semakin membesar Tolong beri aku lagi dan lagi Agar aku dapat mer...

Bahkan Malaikat Sekalipun Menyesal

Amankan rohku dari uang Amankan rohku dari petang Sebab belenggu membuahkan piutang Apa, bayar utang? Kemarin 'ku bermimpi butuh uang Bagaimana kabarmu? Tolong pakai uang dingin!! Sebab jika tirani itu melahap kau 'Ku seharusnya membiarkan kau Ada anak belajar menghisap tembakau Duduk, bersilang manis senyampang melihat engkau Bergelut dengan lelaki seibo Biarlah, kaki kau cocok menari dengan mereka Namun ketika esok Jika ada merah yang melamar kau Biarkan aku yang mewakilkan Suara kau Sebab jika disandingkan dengan uang Aku pun akan digembala Maaf, aku lapar Berpura-pura lugu Aku adalah mawar yang kau takutkan Rohku masih bertikai dengan uang Beri aku uang  Atau negara ini yang menjadi tanggungan Air dan asin Mana yang benar? Melihat tren ekonomi sembari menulis Ku dengar manusia memang tidak punya adab Kau pun sama Berbicara tempo, malaikat bahkan  Membenci kau Kuyakin malaikat di atas menyesal atas kehadiranmu Kalah dibandingkan dengan bendera yang berkibar Tiang semakin me...

Bajingan

Menanggapi semua alibimu Engkau berkata lantas menolakku "Aku tidak dapat membuatmu bahagia,"  Tetapi engkau menjauhiku Andai saja engkau tau bahwa kehadiran engkau Dapat membuatku senang Sudah cukup Tidak perlu engkau beralibi seribu bahasa Aku bukanlah orang yang engkau sukai Aku hanya butuh validasi "ya" dan "tidak" Tetapi engkau menggantungku Dengan seribu bahasa Ketika mengingat memori itu Membuatku menitihkan air mata Aku belum ikhlas Setiap hari aku berusaha melupakan Namun apa guna? Nihil! Kerja belum selesai Setiap hari aku masih mengharapkan hal yang sama Memang benar, iblisnya sudah sampai ke bumi Aku rela melakukan apa saja Yang dapat mengembalikan validasi darimu Sekalipun kriminalitas Malaikat yang adil... Menghitung dosaku di luar sorga Setiap hari aku mengharap kabar darimu Yang nyatanya adalah mustahil Kau manusia bajingan!! Menjijikkan ketika aku adalah orang yang diidolakan Oleh banyak orang Tetapi aku mengharapkanmu Yang adalah bajingan...

Suatu Hari Nanti

Pada akhirnya  Semua manusia akan merasakan Yang namanya diberikan label sosial Dan di dalam hierarki kehidupan Pantaskah aku bertanya mengenai stratifikasi? Kulihat bulan mulai hadir di siang hari Pantaskah aku bertanya mengenai hakmu 'tuk bernapas? Tetapi karena keadaan yang buruk aku berlari Dan semua orang mulai merasakan polutan Ah, perih Ah, luka Suatu hari nanti Kan kugenapkan gerhana ini menjadi darah Puing-puing bangunan yang runtuh Awalnya kokoh lantas dihakimi oleh langit Langit menatap dengan gusar Busung yang lapar, burung hitam ditembak Tuan Hans Kelsen... Benarkah norma yang ada di sini benar-benar genap? Burung yang tertembak itu dibelenggu oleh tirani Karena belenggu keji tidak pernah mati Engkau akan hidup berkali-kali Tolong sampaikan gusarku kepada langit yang marah Kau pun sama... Apa yang sedang kaukatakan? Kau pembual! Kau berbual lagi untuk yang ketiga kalinya Kau tidak konsisten! Semoga engkau ditemani abu Semoga engkau ditemani abu Bukan api  Karena j...

Satu Per Satu

Siapakah ia Ia hanyalah individu bodoh Dan ketika semuanya telah usai Demi hal yang kucintai Kulakukan genosida untuk negara Maaf mungkin ini salahku Akan tetapi karena keadaan yang buruk Aku berusaha berlari Dengan mortir yang kusimpan Kulepaskan di perkarangan rumahmu Maaf karena kegusaranku Kuubah negara ini menjadi lautan api Di masa depan Kunantikan masa di mana aku remuk Koyak-moyak Kugenapkan kecemburuanku Dengan mitraliur yang kugunakan Kutembakkan ke lemak dalam tubuhmu Kulihat lemakmu bercucuran Diiringi darah Kubantai satu per satu wanita di negara ini Kubuang isi perut mereka satu per satu Agar hanya diri ini yang tersiksa Kuucapkan selamat tinggal untuk birahimu, hey Aku tau Ini bukan beruntunganmu menjadi targetku Satu per satu dari kalian Kubungkam, kuhabiskan Matilah engkau mati Mati engkau matilah Mati, mati, mati, mati Mati berkali-kali Genosida 'kan menghabiskan satu per satu Berhenti kau bercocot Berisik, berisik Kau berisik Anak orang kaya, borjuis, apa lagi Sa...

Kita Tunggu Waktu

Di masa kini melihatmu Telah banyak yang berubah Menatapi nasib Oh, kuingat ini salahku Terlalu banyak menuturkan pilu Membuatmu ngilu Perlahan hal yang membuatmu tertarik Jadi campah Habis manis, sepah Dibuang saja... Langit menatap marah  Sebentar lagi menyambarkan petir Melihat mebodohanku, ya ampun... Aku masih berargumen Tapi di matanya aku yang salah Maaf, aku yang tempramen Lagi, berargumen... Aku yang dramatis Terlalu romantisasi Semua 'kan runtuh Kita tunggu waktu saja Kita punya bom peledak Kita harus tunggu waktu Siarkan anganmu di televisi Maaf aku bukan wanita yang ada dalam anganmu Aku hanya dapat menggenggam bolpoin Sambil menulis sajak untukmu Kita tunggu waktu saja Aku yang mundur Kau yang memutus Dia yang menang Atau aku yang melakukan radikalisme-evolusioner Sudahlah, akui saja Aku ini memang belum usai dengan diriku Permohonan maafku belum bisa menggapaimu Apa yang telah ia lakukan  Aku ingin tau Kita tunggu waktu, lagi Badanku koyak-moyak Maaf, tidak mampu...

Uang Adalah Pengacara Terhebat di Neraka

Dan pun Telah jatuh Ah, nikmat Hidup meninggalkan amanat Tak pun kau biarkan aku terjun Tolong ampun Ah, tanyamu, aku bosan Aku, lihat aku Dan pun aku jatuh Kau bilang nikmat? Kau selamatkan ia? Ah, bengismu, aku bosan Untuk menyelamatkan diri aku butuh uang Ah, asin darah Benda panjang berlapis baja Ah, kuatnya Dan pun aku butuh Akankah dosaku menjadi tanggunganmu? Ah, suam menusuk kulit Embusan asam yang digilas paru paru Ah, menusuk hidung Lantangkan palu ketidakadilan Ah, perih Dan pun aku buyar Dan pun palu itu terus diayun Tak menghilangkan rasa rindu pada kebenaran Ah, asin darah Dan pun aku jatuh Sadarlah bahwa aku juga bagian dari dosa dosamu Ah, panasnya api neraka - 28 Juli

Mati

Aku telah mendengar tentangmu Dari banyak nona di pasar Bahkan tuan di sebelah sana Membicarakan mengenai pencapaianmu Ah, bolehkah aku mengkritiknya? Ku takut jika kau gatal terhadap nego Aku telah mendengar tentangnya Dari banyak polisi di kantor Bahkan bapak di sebelah sana Tak membelanya Ah, bolehkah aku membantunya? Ku takut jika kuasamu menghalangiku Aku telah mendengar tentangku Dari banyak orang di pemukiman Bahkan adik kecil di sebelah sana Tak menyukaiku Ah, bolehkah aku memberitahunya? Ku takut jika obormu melahapku Aku kehilangan jati diriku Karena rasa iri dengkiku aku menjadi kesepian Adalah musuh terbesar Kata Tuan Aristoteles Berilah aku setitik air Agar aku dapat merasakan kehidupan - 28 Juli 

Dramaturgi

Di hari kematianku nyalakan apimu Bangkitkan kertas yang koyak Hingga menjadi aturan lisensi adibusana Di hari kematianku bangkitkan jiwaku Hanya karena satu titik Tak'kan meretakkan kegigihanku Jiwa yang lapar Hati yang kandas Akan ku tunjukkan kepadamu Di layar teater Menggunakan aturan lisensi adibusana Biarkan ruhku menghidupi pertunjukan ini  Menarilah denganku Karena di tengah hutan yang lebat Tak'kan ada yang melihat kita Berbuat dosa sekalipun  Karena aku masih mencari kejelasan makam tentangmu Tak'kah salah jika aku gunakan tengkorak? Sebagai pengganti Agar aku tak kesepian - 28 Juli 

Ah, Payah

Di manakah harus kulampiaskan ambisiku Di manakah tempat aku bisa membuat seseorang Merasa puas Merasa puas atas yang telah kulakukan Ah, mati Mati, mati, mati, mati Lihatlah, hal yang kulakukan belum bermakna Masih menjadi kata-kata Lantas orang menindasku Ah, aku bosan Kan aku juga manusia Manusia yang masih bisa merasa lelah Iri dengkiku kepadamu Kan kutunjukkan di atas Menara Big Ben Senyampang mengobarkan bendera putih Aku bukanlah orang yang disembah Bukan orang yang memiliki banyak penggemar Bukan orang yang didambakan Apa kelebihanku? Orang-orang menginjakku  Sambil menyalakan obor Mereka bersorak, " Saya lebih menyukai Tuan Ben ," Aku sakit...  Dadaku sesak... Dengan kakiku yang terjahit aku meringis Kepalaku lantas dipasangkan mahkota duri Aku disorakinya, " Saya lebih menyukai Pak Ben, orasinya menginspirasi, " Aku remuk... Aku goyah... Jika aku memiliki banyak kuasa sepertimu Pasti aku disembah Andai saja Tetapi akan tetap kukobarkan bendera putih ini Ag...

Awang Atau Awam?

Andai jika kau mendengarkanku Bahkan tiap rintihku kau pahami Mungkin tak lama bagiku untuk menjunjung paku Di atas benang hitam Akan tetapi karena eksistensiku Yang tidak seberapa Yang belum mampu untuk melengserkan jabatan Belum bisa memperhitungkan arti dari kekuasaan Aku gagal Gagal membuatmu paham Gagal membuatku mencerna Berakhir aku dicerca Melihat wajah wajah menunggu Tetapi maaf Aku menolak segala macam jenis interupsi Aku tidak ingin merasa terdistraksi Ketika aku berada di garis kepunahan Yang tak'kan kuasa diriku tuk keluar Membuatku berpikir "Aku ini awang atau awam?" - 24 Juli

Gak Tau, Bung!

Gak tau apa yang dirasa Tapi kayaknya mati rasa Pengin banget ngungkapin  Tapi caknya ndak bisa Ndak tau, bung! Capek banget Kebelet pengin diakui Sama dapet kursi Bukan kursi roda Kalau kursi roda aku sudah jatuh ke jurang Tapi kursi berlapis emas Dengan meja ditaruh palu Caknya enak Ndak tau, bung! Wong belum ngerasa Tak tau lah tapi kepingin sukses Biar mamak bangga! Walau banting setir tapi mamak bangga! Walau ndak bangga Setidaknya aku bisa dapet kursi! Ah, aku pengin tegak di atas kursi berlapis emas!  - 23 Juli

Tercekik

Aku tercekik Menunggu penantian agar ada yang memekik Pekik kebebasan untukku Agar aku memiliki kebebasan untuk didengar Di tengah hujan yang lebat Lantas siapa yang akan mendengarkanku? Aku berbicara pada jiwa di malam sepi Ia sedang mendengarku "Hamba tau yang ente butuhkan," ujarnya Tapi aku menggeleng Biarkan saja seseorang yang menebak Tanpa bapak tua yang menebak Akankah dirimu mengetahui apa yang aku butuhkan? Aku melihat orang lain Orang lain yang sedang mendapatkan turbulensi Turbulensi atas keberuntungan Aku menyebutnya sebagai "kursi divisi" Yang memecah rasa sakit Dan pun ketika kau hidup sendirian Tanpa ada guncangan lantas turbulensi Akankah dirimu merasakan kenikmatan Sensasi yang membakar benak Aku tidak yakin Dirimu haus akan kasih Kasih, kasih, kasih Isak, isak, isak Sakit, sakit, sakit Kau sudah terbelenggu  Terbuai oleh emosi Terbuai karena aspek politis Anak muda! Jangan gampang terbuai! Dimanja adalah kenikmatan paling dahsyat lantas siapa yang...

Kesempurnaanku

 Kesempurnaanku 'Kan kubuktikan dengan segala cara Bahwa kelayakan hanyalah punyaku Ini merupakan hak milikku  Apa yang ingin ditanyakan? Pada detik ke 30 Jarum jam semakin berpindah angka Hanya diri ini yang pantas diakui Sebagai ratu atas segala kesempurnaan  Apa lagi yang ingin ditanyakan? Membakar gedung demi cinta ini Menghancurkan negara demi cinta ini Melahap dunia demi cinta ini Hanya saya yang rela Diri ini bukanlah dewi yang layak kausembah, memang! Diri ini bukanlah orang yang disukai, memang! Tetapi karena perjuangan inilah  Kau dapat merasakan manisnya polusi yang dihirup Busuk, busuk Ah Busuk, busuk Ah Busuk, Bung! 'Kan kugenapkan api-api menjadi abu Api yang menyembur Melahap semua bangunan 3000 anak kecil berlarian Mereka ketakutan melihat amarahku Di dalam belengguku hanya kau yang berhak hidup Biarkan anak-anak itu dihantam oleh bangunan yang hancur Biarkan seragam yang mereka pakai berlumur darah Biarkan tubuh mereka ditancap 7.200 paku Biarkan ama...

Jika Aku Mau

Andai aku hilang arah Hilang kendali atas apa yang ingin kulakukan Jika itu terjadi bukanlah apa apa Namun akankah ada insan yang ingin menerimanya Sebagai alasan agar aku tetap hidup Tolong terima aku Pintu kamar nomor 4 Terus terdentum suara tembakan di sana Tapi aku yakin itu bukan tembakan Hanya diriku yang bisa menebak Tapi aku hilang kendali (mungkin) Jadi aku tak dapat memberitaumu Sekarang tolong singkirkan keberhasilanmu Ya! Aku tak berbual! Singkirkan semua itu Sebelum dirimu mengetahui apa yang terjadi Pada pintu kamar nomor 4  Aku yakin semua orang menunggu Melihat wajah wajah yang menunggu Namun setidaknya ada yang merasa diperhatikan Dan kalian membuat suasana yang elok Tapi aku ini tak punya hati (mungkin) Jadi aku selalu ingin mendapat yang lebih Beri aku uang!  Beri aku uang! Setidaknya dengan cara ini kau merasakan Apa yang sedang aku rasakan! Agar kau tak lupa kulitmu! Agar kau tak lupa siapa dirimu! Singkirkan pencapaianmu! Uang, harta, kuasa, jabatan Adala...

Andai Kau Tau!

Yang benar saja Andai kau tau Apa guna hidup yang memukau Tak pernah kutemukan makna Takut, takut Tak ingin menjadi akut Kugunakan obat sebagai penolak  Penolak masa depan Kutulis masa depan sebagai penolakan Yang tak'kan pernah bisa kau terima Jika kau menjadi diriku kau pasti 'kan bimbang Aku takut  Jika kau merasakan apa yang kurasakan Andai saja Tapi itu tak'kan pernah bisa Laksana penerimaan masa depan Ini hanya mimpi Masa depan ditulis sebagai bentuk penolakan Jika saja aku punya kuasa seperti dirimu Andai saja jika aku punya pendukung sepertimu Mungkin aku tak takut pada masa depan Tapi aku hanyalah sebatang kara Tak seperti dirimu Ini diriku Aku hanya ingin uang Kau! Kau tau! Tapi ini bukan hanya tentang materi Kau dengar aku seperti liberal Kau! Kau jangan salah kaprah! Ini hanya bentuk umpatan Agar ada orang yang dapat memahamiku Jadinya aku hanya bisa mengumpat Umpatlah... Umpatlah... Siang akan genap menjadi malam Tapi tak'kan menghapuskan rasa lara  Lara da...